1 May 2013

Mari ke Macau!

| Bagian 1 #MacauHKtrip, Januari 2013 |

"Emang lo mau ke mana sih?"
"Macau"
"Macau? Serius?"
"Iya. Emang kenapa?"
"Gapapa sih. Heran aja"
"Karena...?"
"Ya, kayaknya lo bukan tipe cewek yang bakal milih ke Macau"
*nyengir!*

----------------

Kalau kata Bang Rhoma:
Judi (judi), menjanjikan kemenangan
Judi (judi), menjanjikan kekayaan
Bohong (bohong), kalaupun kau menang
Itu awal dari kekalahan
Bohong (bohong), kalaupun kau kaya
Itu awal dari kemiskinan

Ah, berat memang punya reputasi dekat dengan judi. Apalagi yang kelas super wahid macam Macau. Judi di Macau memang legal sejak 1850-an ketika negara ini masih berada di kekuasaan Portugis. Sebagai surganya judi di Asia, perekonomian negara ini setengahnya disokong sektor pariwisata yang mendatangkan jutaan turis ke kasino. Pemasukan dari judi ini tak main-main, menjadikan Macau sebagai pasar judi terbesar di dunia, menyaingi mengalahkan Las Vegas.

Jadi, kalau bukan untuk berjudi, ngapain datang ke Macau? Buat pelancong serba terbatas (uang dan keberuntungan) macam saya, wajar sih kalau saya bukan tipe pelancong ke Macau. Begitu juga sebaliknya. Macau bukan tipe saya. Tapi justru yang bertolak belakang macam ini sesungguhnya amat menggoda bukan?

Rencana awal adalah berlibur ke Hong Kong sembari mampir ke Macau mengikuti saran banyak orang. Singkat cerita, karena faktor kelabilan dan penghematan, perjalanan seminggu itu berubah menjadi liburan ke Macau sambil mampir ke Hong Kong. Padahal, tiket pesawat yang sudah dibeli adalah Jakarta-Hong Kong-Jakarta. Atas nama pembelaan diri, saya menyebutnya: fleksibel. Harga hotel di Macau sedikit lebih murah dibanding Hong Kong, karenanya kami memutuskan tinggal lama di Macau. Ha!

28 Januari 2013

Senin itu perjalanan menuju Macau rupanya panjang dan berliku. Dari Jakarta jam 11.25 kami tiba di Singapura jam 2 siang. Tiga jam kemudian kami langsung terbang ke Hong Kong dan tiba jam 9 malam. Dimulailah drama deg-degan bergegas mengejar ferry (turbo jet) terakhir dari airport menuju Macau yang berangkat jam 10. Diiringi mual amat sangat akibat mabuk perjalanan, kami pun berlari rusuh macam peserta Amazing Race sambil gaya-gayaan bilang "excuse me, coming through..we're on a race" ke orang-orang yang kami lewati. Untunglah tak ada antrian di loket, dan kami pun mengantongi tiket seharga HKD 233 (sekitar 290 ribu) disertai ultimatum petugas: "Boarding time is 9.20, please go straight to the gate. Don't be late!" (untuk menuju gate kami masih harus menuju terminal ferry dengan kereta cepat sekitar 5 menit + waktu menunggu beberapa menit).

Jangan tanya perjalanan ferry-nya. Oh, 45 menit penuh perjuangan dan istighfar karena mual menggila. Angin dingin langsung menyapa begitu kami keluar dari ferry jelang jam 11 malam. Di awal tahun, Macau masih agak dingin, berkisar 16-22 derajat celcius. Agak mengkhawatirkan sebetulnya buat saya yang sudah tak enak badan sejak 2 hari sebelum keberangkatan. Namun toh saya bersorak girang juga. Nyampe! Dingin! Enak!

-----------------------

Berbeda dengan Jakarta dan kota-kota besar tipikal Asia, Macau relatif tidak ramai. Populasinya hanya 500 ribu-an saja, tak banyak mobil dan motor yang berseliweran, lingkungannya relatif bersih dan bebas polusi karena sebagian besar kendaraannya pun hampir tak ada yang berumur renta. Karena negaranya mini, pilihan yang dituju tak banyak memang. Satu kunjungan ke Senado Square, Anda bisa langsung menyambangi beberapa lokasi wajib turis di sekitarnya, macam ruins of St. Paul, St. Dominic, Museu de Macau, Mount Fortress, serta A-Ma Temple.

Ruins of St. Paul
Museu de Macau

Dan tentunya tak lengkap ke Macau tanpa wisata kasino. Mudah saja, tinggal casino-hopping di kawasan tengah kota Macau, Cotai Strip atau Taipa. Transportasinya pun mudah, datang saja ke terminal ferry dan belasan bis-bis besar milik berbagai hotel yang ada di Macau berjejer di parkiran siap mengantar. Gratis! Tinggal pilih bis bergambar logo hotel yang ingin dituju, dan Anda pun tinggal duduk nyaman hingga tiba di tujuan. Armada ini tersedia dari pagi hingga malam dengan frekuensi keberangkatan rata-rata setiap 30 menit. Pulangnya pun, tinggal lakukan hal yang sama.

Salah satu kasino wajib dikunjungi adalah The Venetian Hotel, kasino terbesar di Macau dan dunia yang letaknya di Cotai Strip, agak di pinggir kota. Sebetulnya sih kalau tidak berniat judi, tempat ini terasa agak overrated juga. Selain hotel, dalamnya berupa mal besar dengan interior ala kota Venezia di Italia, lengkap dengan kanal mini plus gondola. Berhubung Jakarta punya seribu satu mal dengan beragam macam rupa, tempat ini akhirnya berasa seperti just another big mall. Tapi, jika dulu Anda penikmat serial Meteor Garden versi Korea, mengunjungi lokasi ini bisa membawa Anda bernostalgia. Buat Anda yang tidak tahuMeteor Garden-nya Taiwan yang dimainkan F4 mengambil setting salah satu pulau di Jepang sebagai lokasi liburan di dalam filmnya, sedangkan yang versi Korea memilih Macau dengan setting di antaranya The Venetian Hotel dan Senado Square. Bahkan, salah satu kedai makan di Senado Square memajang banner besar bergambar Jun-pyo dan Jan-di (Tao Ming Tse dan San Chai versi Korea) karena sempat menjadi lokasi syuting salah satu adegan keduanya. 

The Venetian Macau lengkap dengan kasino, kanal membelah mal
dan gondola yang siap membawa pengunjung berkeliling. 

Kembali ke The Venetian. Di sana ngapain saja? Belanja-belanja, sedikit foto-foto sambil sayup-sayup mendengar alunan suara membahana sang pengayuh gondola yang memang wajib menyanyi. Oh dan tentunya tak lupa menikmati egg tart tersohor di Lord Stow’s Bakery yang pasti muncul di google tiap kali Anda mengetik “best egg tart in Macau”. Saran saya, coba juga serradura; puding susu dan krim khas Macau. Saran terakhir, jangan pernah jalan terpisah dan janjian bertemu di kasino jika teman Anda punya wajah asli oriental dan kebiasaan malas angkat telpon. Hahaa..dijamin persis mencari jarum di tumpukan jerami. Pusing!

---------------------------

Macau ternyata sangatlah mudah dan menyenangkan untuk dijelajahi. Tak perlu repot dengan transportasi, berjalan kaki justru menjadi pilihan tepat untuk sekedar berkeliling kota. Mengutip mantan Walikota Bogota, Kolombia yang juga urban planner handal Enrique Penalosa:

""God made us walking animals - pedestrians. As a fish needs to swim, a bird to fly, a deer to run, we need to walk, not in order to survive, but to be happy".

Sempat menemukan satu artikel di internet, ternyata Macau adalah negara dengan angka ekspektasi hidup kedua tertinggi di dunia (2012), di bawah Monaco. Ah, jangan-jangan karena warganya sehat-sehat berkat jalan kaki naik turun setiap hari. Bersiaplah, jalanan Macau didominasi tanjakan yang lumayan menciutkan nyali, tapi..jangan mau kalah dengan orang-orang tua di sana yang mudah saja berjalan naik turun. Ah, mungkin saya bisa lebih sehat jika tinggal di sini. Dan ya, happy! 

Tak hanya menyehatkan, berjalan kaki di Macau juga memanjakan mata. Walaupun kini tak lagi dikuasai Portugis, namun peninggalannya masih tampak jelas di mana-mana. Berbagai gedung berasitektur khas kolonial Portugis berwarna-warni cerah tertata rapi dan teratur di sepanjang jalan. Penamaan jalan dan gedung pun umumnya menggunakan 2 bahasa, Portugis dan Cina. Nama jalan hotel kami misalnya, Estrada Da Vitoria. Oh, dan saya suka sekali dengan jalan raya di Macau yang sempit (1 arah) macam trek balap. Tak heran Macau ikutan menggelar Grand Prix di jalanan macam di Monaco. Berada di Macau memang seolah berada di luar negara Asia.

Colorful Buildings. Feast for the eyes
Macau pun memiliki banyak taman yang terpelihara berkat beragam larangan seperti dilarang merokok, meludah, buang sampah sembarangan dan membawa binatang peliharaan. Taman-taman ini juga dilengkapi wifi gratis dan berbafai fasilitas olahraga yang ramai digunakan di sore hingga malam hari. Menyenangkan! Karena obsesi saya pada tata kota yang berkelanjutan, dalam skala 1 hingga 5 jempol, Macau boleh lah saya kasih 3,5 jempol (saya belum pernah ke negara-negara Eropa yang jagoan soal tata kota berkelanjutan, jadi penilaian ini sebatas beberapa negara yang pernah saya kunjungi tentunya). 

Foto wajib di depan kasino. No Danny Ocean,
unfortunately
Overall, buat saya Macau lebih dari sekedar surga judi. Di awal, mungkin saya bukan tipenya Macau, begitu juga sebaliknya. Tapi ternyata, chemistry muncul dan kami pun get along well! *kedip-kedip*

Kalau pun tak ingin berjudi tak jadi alasan untuk tidak berwisata kasino. Ini memang bukan Vegas, kemungkinannya kecil untuk bisa bertemu Danny Ocean, Rusty atau salah satu anggota gank-nya Ocean's Eleven, tapi ngayal toh tak ada salahnya. Kalau tetap nekad ingin berjudi, ada baiknya dibaca dulu hal-hal yang harus dihindari di sini (lihat bagian paling bawah).

Nah, tertarik? Mari ke Macau, it's fun and easy!  


***


2 comments:

  1. Revenue judi Macau itu 4x lipat Las Pegas btw

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kenapa Danny Ocean gak ngerampok Macau aja yak?

      Delete