19 April 2013

Selamat Datang di Kolkata!

| Bagian 3 #ThaIndiaMalaytrip, Mei 2010 |

22 Mei 2010

Berbekal semangat tinggi dan harapan semoga-kali-aja-siapa tahu bertemu Shah Rukh Khan, kami berempat (oknum P bergabung dengan kami di Kuala Lumpur International Airport saat kami transit dari Phuket menuju Kolkata) tiba di bandara Netaji Subhash Chandra Bose, Kolkata. Sayang, semangat itu menguap seiring perjalanan menuju hotel. 

Dua jam dihabiskan dalam taksi sewaan tak berpendingin udara, berputar-putar mencari alamat hotel karena pengemudi yang sungguh tak mengerti jalan dan bahasa Inggris. Gubrag! Kasihan, kesal, hingga akhirnya menyerah. Terserah deh! Entah berapa banyak orang di jalan yang telah ditanya sang pengemudi. Penjelasan dalam bahasa India yang disampaikan pegawai hotel melalui telepon pun tetap tak memberikan pencerahan. (Ya Tuhaan...cobaannya keren deh! Baru juga turun pesawat...*beraniberaninyasinis*)

Setibanya di hotel, adu mulut pun tak terhindarkan saat kami diharuskan membayar argo dua kali lipat. PAdahal, jelas-jelas kami sudah membayarnya di konter pemesanan taksi di dalam bandara dengan tarif resmi. 

“No, no. We have already paid the fee at the airport. Here’s the receipt.”
“xh@;glifzz5&qrsmnhj^#%m!” 
(Dijawab dalam bahasa India, gerakan tangan dan anggukan kepala)
“But we have showed it to the taxi officer at the airport. And we already told you before when we asked you to turn off the meter."
“xh@;glifzz5&qrsmnhj^#%m!!” 
(Masih dalam bahasa India. Kali ini dengan nada tinggi)

Yak, kami sukses ditipu!

------------------

Leason learned: Taksi di Kolkata sungguh tak bersahabat.
Konsekuensi: Naik apa kita?

Jika diibaratkan rimba, jalanan di Kolkata adalah rimba ganas. Kalau dibandingkan, Jakarta rasanya macam hutan kota yang meneduhkan. Macet, pengemudi ugal-ugalan, tumpukan sampah, sapi berkeliaran, genangan air, klakson bersahutan tanpa henti..sukses menguji tak hanya kesabaran, tapi juga kewarasan diri! Percayalah, siapa pun penemu klakson mobil akan sangat berterima kasih pada warga Kolkata yang memaksimalkan penggunaan klakson. Prinsipnya sederhana kok: pencet terus!

Taksi kuning memenuhi jalan raya Kolkata

Bis di Kolkata, lengkap dengan kenek ala di Jakarta
Photo Credit: Prita Wulandari

Tak hanya sapi berkeliaran di jalan, domba dan kambing pun numpang menyebrang
Photo Credit: Prita Wulandari
Jalanannya dipenuhi taksi-taksi berwarna kuning dan bis-bis berseliweran. Bis di Kolkata ukurannya mirip-mirip metro mini dengan warna-warni cerah khas India. Kebanyakan kondisinya sudah sangat tua dengan jendela-jendela tak berkaca. Mirip di Jakarta, armada ini pun enggan berhenti saat menurunkan penumpang. Curiga ada semacam kesepakatan antara pengemudi bis di Kolkata dan Jakarta soal yang satu ini: "Atas nama efektifitas dan efisiensi mari kita maksimalkan penggunaan gas dan minimalkan penggunaan rem!" Hasilnya? Kami yang terbilang cukup rajin menggunakan bis di Jakarta dengan suksesnya mendadak patah arang di Kolkata.

Jakarta lebih baik? Tunggu dulu. Ternyata oh ternyata, di rimba ganas ini ada mass rapid trasit (MRT)! Perkenalkan, Kolkata Metro, kereta bawah tanah pertama di India dan kelima di Asia. Mulai beroperasi bertahap sejak 1984, Kolkata Metro melayani satu rute: jalur selatan-utara dari Dum Dum menuju Kavi Subhash. Melintasi 23 stasiun, 15 di antaranya berada di bawah tanah, ia menjadi pilihan paling efektif dan efisien. Tarifnya 4-14 rupee saja (sekitar 800-2.800 rupiah), menjadikannya MRT termurah di dunia! Walaupun biaya hidup di Kolkata termasuk murah, tetap saja saya menganga terkaget-kaget.

Murah tak berarti fasilitas dan layanan buruk.  Kondisi stasiunnya bersih, tak seperti stasiun kereta antarkota yang dipenuhi sampah, pengemis dan tuna wisma. Aturannya pun ketat: dilarang memotret, makan, minum, dan membuang sampah di stasiun dan kereta. Karenanya, tak ada tempat sampah. Kondisi kereta cukup nyaman, dilengkapi pendingin udara. Pintu, sistem pengumuman suara dan tulisan digital di kereta berfungsi baik.  Kedatangannya pun tepat waktu, setiap 5 menit di jam sibuk dan 10-15 menit di luar itu.

Setiap stasiun dilengkapi kamera CCTV, detektor metal dan petugas keamanan. Kabarnya, ini dikarenakan maraknya aksi bunuh diri di lintasan rel. Hampir tak ada bangku untuk menunggu, yang bertujuan mencegah orang berlama-lama dan berkeliaran tak jelas di stasiun.  Oh ya, jangan coba-coba membawa mayat di dalam kereta. APA?! Ya, di papan pengumuman, di bawah kalimat larangan membawa senjata tajam, makanan, minuman, cairan berbahaya, tertulis : DO NOT CARRY DEAD BODIES! Ah....

Ketika taksi tak bisa diandalkan, apa pilihan yang tersedia? Buat saya, Kolkata Metro--walau kondisinya tak mentereng--tak hanya solusi bepergian nyaman di Kolkata, tapi juga mengagetkan. Jakarta boleh jadi bak hutan kota meneduhkan dibanding rimba Kolkata..eh tapi, Kolkata punya MRT loh! Shah Rukh Khan sayangnya tak berpergian dengan metro, tapi tenang...ada banyak kok versi KW2-nya J

***

✈: Air Asia

No comments:

Post a Comment