| Bagian 6 #Eurotrip, Maret 2014 |
Siang itu, King Louis XIV langsung menyambut di halaman Istana Versailles. Bisa ditebak, saya dan pengunjung lain punya pikiran sama: foto bareng! Setelah jeprat-jepret sang Raja, akhirnya saya urungkan niat foto bareng. Nanti saja kalau persaingan sudah mereda..
Untungnya King Louis tak protes dikerubungi turis. Ia tetap duduk gagah di atas kudanya, menjulang tinggi bermandikan sinar matahari.
The Sun King.
Louis the Great.
Bonjour, Louis le Grand!
Saya pun melanjutkan langkah menuju gerbang
istana yang berkilau keemasan. Berdiri
memandang bangunan megah istana dari balik teralis gerbang seakan membawa saya ke masa lampau.
Era gemilang Monarki Perancis.
Istana Tiga Generasi Louis
Istana Versailles, atau orang Perancis menyebutnya Chateau de Versailles, pernah menjadi pusat pemerintahan Perancis. Tepatnya, selama tiga generasi: King Louis XIV, XV dan XVI. Dari ketiganya, Versailles identik dengan King Louis XVI dan tentunya sang ratu Marie Antoinette yang dituding menghambur-hamburkan uang negara. (Belakangan, keduanya dihukum pancung dengan guillotine saat Revolusi Perancis).
Kini, Versailles masih menjadi salah satu tujuan wisata terpopuler di dunia yang menggambarkan kejayaan Monarki serta keagungan karya seni Perancis abad ke-18.
Dan tentunya, saksi bisu pesta pra-pernikahan ekstravaganza abad ke-21. Kanye & Kim.
Taman Para Raja
Matahari sudah tinggi di atas
kepala dan saya pun langsung menuju Jardins
du Chateau de Versailles atau Taman Versailles yang punya reputasi sama
tersohornya dengan bangunan istana itu sendiri. Tak perlu merogoh kantong untuk
menikmati hamparan taman seluas 800 hektar ini. Siapkan saja energi berlimpah untuk berkeliling taman para raja yang dibangun hingga memakan waktu.....40 tahun!
Hambarnya bekal tuna sandwich gendut siang itu langsung termaafkan berkat pemandangan cantik taman yang terbentang jauh hingga ke garis cakrawala. Ini baru namanya piknik chic di Perancis!
Ciri khas utama Taman Versailles tentunya adalah hamparan rumput hijau bermotif macam karpet. Ya, rumputnya dibentuk melekuk-lekuk sedemikian rupa menyerupai motif batik modern. Entah kenapa, motif ini justru mengingatkan saya pada crop cirle--pola lingkaran tanaman di ladang yang muncul secara misterius akibat kehadiran UFO J
Rumput bermotif ini tampak mengelilingi kolam air mancur Latona Fountain. Sedikitnya ada 11 fountains tersebar di berbagai penjuru taman. Masing-masing dihiasi patung-patung dewa dalam mitologi
Romawi seperti Apollo dan Neptune.
Hamparan unik ini juga ditemukan di halaman The Orangerie, yaitu bangunan besar yang
berfungsi sebagai taman indoor. Namanya mengacu pada jenis pohon yang dipajang yaitu jeruk dan sejenisnya. Selama musim dingin, lebih dari seribu pohon dalam pot diinapkan di dalam bangunan megah ini. Barulah di periode hangat (Mei - Oktober),
mereka dikeluarkan dan ditata cantik di halaman gedung.
Sayang, saya berkunjung di pertengahan Maret yang masih masuk musim dingin, sehingga pohon-pohonnya masih terlindung di dalam gedung yang tertutup bagi umum. Lihat area berpasir yang kosong di foto bawah? Nah, itulah area yang akan dipenuhi koleksi tanaman orangerie selama periode Mei-Oktober.
Matahari Dingin di Tepi Danau
Selain hamparan rumput dan kolam air mancur, Taman Versailles juga memiliki The Grand Canal. Bersantai di danau super luas ini adalah the highlight of my trip to Versailles. Danaunya diapit barisan rapi pepohonan yang membentuk hutan. Sekumpulan angsa putih berenang anggun ditemani burung-burung yang terbang rendah mencari mangsa. Ah, persis di buku dongeng Hans Christian Andersen.
Saya memilih duduk di dekat beberapa perahu kecil ditambatkan. Rupanya, pengunjung bisa menyewa perahu. Syaratnya sederhana. Harus berdua. Beberapa pasangan terlihat asik mendayung di kejauhan. Romantis! Ah sudahlah, batin saya, kita nikmati saja pemandangan....
Hari itu langit cerah dan matahari bersinar terik. Walaupun tentunya, angin dingin tetap setia menggigit. Kali ini, gigitannya agak lebih bersemangat dibandingkan angin di Paris. Hasilnya, dua jam dan dua sachet tolak angin kemudian, dengan berat hati saya harus menyerah dan mencari kehangatan di dalam ruang.
Save
the best for last, petualangan hari itu saya akhiri dengan hangatnya tur ke dalam bangunan istana. Tiketnya 15 Euro, meliputi kunjungan ke area The
King’s Grand Apartment, The King’s Chamber, The Queen’s Grand Apartment dan The
Hall of Mirrors. Untuk memudahkan pengunjung, tersedia perangkat portable audio-guide dalam beberapa bahasa untuk
mendengarkan penjelasan mengenai masing-masing ruangan yang dipamerkan.

Pada masanya, The King’s Grand Apartment
digunakan untuk acara-acara kenegaraan. Ada yang berfungsi sebagai ruang jamuan makan, juga ruang musik dan dansa.
Yang unik, ruangan The Diana Salon digunakan sebagai ruang billiard. Kabarnya, King Louis XIV jago loh! Saking jagonya, ruangan ini dijuluki chamber of applause karena aksi sang raja pasti mendapat tepukan meriah dari para tamu.
Lebih jauh ke dalam adalah area The King’s Chamber yang digunakan Raja untuk beristirahat dan bekerja. Bagi sang Ratu, disediakan area khusus yaitu The Queen’s Grand Apartment.
Sulit untuk tidak berdecak kagum saat memasuki masing-masing ruangan. Langit-langitnya yang tinggi melengkung dilukis
amat detil. Dindingnya
dipenuhi ukiran rumit, lukisan, ornamen dan patung-patung besar.
Aneka furnitur mewah dari kayu, perak dan
emas yang berbalut kain beledu, brokat dan sutera indah menambah kesan elegan. Masterpiece tangan-tangan
dingin para seniman, artis, dan dekorator Perancis yang tak mau kalah dengan negara tetangganya, Italia.
Tur berakhir di area The Hall of Mirrors yang juga menjadi ruangan favorit saya! Sesuai namanya, lorong panjang ini dipenuhi barisan
cermin berbentuk jendela yang menjulang tinggi.
Langit-langitnya dilukis serta dipenuhi
barisan chandelier kristal berukuran besar. Tak hanya itu, beragam patung serta ornamen juga memenuhi masing-masing sisi The Hall of Mirrors. Seluruh ruangan seolah berpendar dalam cahaya lembut keemasan.
Ah, mendadak saya membayangkan sedang berjalan pelan memasuki lorong, terus menuju kemeriahan pesta kerajaan yang digelar Sang Ratu, Marie-Antoinette.
It's party time!
TIPS:
- Kalau ingin agak sepi, datanglah pada periode low season (1 November – 31 Maret). Namun, kalau ingin menikmati The Orangerie & Musical Fountain Show, datanglah pada periode high season (1 April – 31 Oktober).
- Hindari akhir pekan. Khusus di hari Senin seluruh bangunan istana ditutup untuk umum dan hanya area taman yang dibuka.
- Luangkan waktu seharian. Selain lokasinya sangat luas, ada perbedaan waktu buka untuk setiap area. Taman dan istana dibuka sejak pagi, sedangkan bangunan tambahan yaitu Trianon Palace dan Marie-Antoinette’s Estate dibuka mulai jam 12 siang.
- Lakukan tur bagian dalam istana saat waktu berkunjung dimulai, atau mendekati waktu berkunjung habis agar tidak berdesak-desakan.
- How to get there: naik kereta dari Paris melalui jalur RER C. Jika menggunakan jaringan Metro dari pusat kota Paris, transit di salah satu stasiun metro yang terhubung dengan jalur RER C tujuan Chateau de Versailles.
- Jangan lupa sempatkan berjalan kaki melihat-lihat kota Versailles sepulang dari komplek istana. Kotanya sangat cantik, sayang untuk dilewatkan.
***
No comments:
Post a Comment